Kamis, 10 Mei 2012

Islam di Kerajaan Sumbawa

"Dalam Loka" Istana Kerajaan Sumbawa
Sejak tahun 1674 sampai dengan tahun 1958 (284 tahun) Raja beragama Islam yang pernah memerintah di kerajaan Sumbawa tercatat sebanyak 17 raja. Sebelum itu, Sumbawa dibawah kekuasaan kerajaan Hindu dari Dinasti “Dewa Awan Kuning”. Waktu itu dipimpin seorang raja dengan sebutan Dewa Maja Paruwa yang merupakan raja terakhir dari Dinasti tersebut. Dinasti ini berakhir pada tahun 1673 saat kerajaan Gowa  Sulawesi Selatan berhasil menaklukan kerajaan Sumbawa. Berkaitan dengan penaklukan itu, Dewa Maja Paruwa atas nama kerajaan Sumbawa telah menyepakat perjanjian damai yang diajukan raja Gowa. Salah satu syarat dalam perjanjian itu adalah kerajaan Sumbawa bersedia memgang teguh dan menjalankan Syariat Islam dalam pemerintahannya. Pada dasarnya “penaklukan” bertujuan untuk mengajak raja Sumbawa memeluk agama Islam dan ingin melihat Islam menjadi agama resmi kerajaan Sumbawa. Setelah “penaklukan" raja Gowa berhasil, selanjutnya kerajaan Sumbawa bernaung dibawah kerajaan Gowa dan kerajaan Gowa mempunyai kewajiban untuk melindungi kerajaan Sumbawa, sehingga ada ungkapan Sumbawa yang menyebutkan bahwa Gowa payung kekar, Samawa payung komal, artinya kerajaan Gowa memayungi atau melindungi kerajaan Sumbawa.

Selasa, 11 Oktober 2011

Sumbawa : Bahasa, Tulisan dan Sastra

Suku Samawa adalah campuran kelompok etnik-etnik pendatang yang telah membaur dengan kelompok etnik pendatang yang lebih dahulu mendiami bekas wilayah Kesultanan Sumbawa, sehingga melahirkan kesadaran akan identitas budaya sendiri yang dicirikan dengan kehadiran bahasa Sumbawa atau basa Samawa sebagai bahasa persatuan antaretnik yang mendiami sebagian pulau ini. Mahsun (2002) dalam Prospek Pemekaran Kabupaten Sumbawa mencatat bahwa sebelum bahasa Sumbawa purba (prabahasa Sumbawa) pecah ke dalam empat dialek yang ada sekarang ini, terlebih dahulu pecah ke dalam dua dialek, yaitu pradialek Taliwang-Jereweh-Tongo (KSB) dan dialek Sumbawa Besar atau cikal bakalnya disebut dialek Seran. Kemudian variasi ini berkembang seiring perjalanan waktu hingga memasuki fase historis, pradialek Taliwang-Jereweh-Tongo pecah lagi menjadi tiga dialek yang berdiri sendiri.

Rabu, 15 Juni 2011

Kebersamaan.......... (Yellow 17)

“ Suatu hari nanti saat semua telah menjadi masa lalu, aku ingin berada di antara mereka, yang bercerita tentang "perjuangan" yang indah, dimana  kita, sang pejuang itu sendiri. Tak pernah kehabisan energi tuk terus beraktivitas, meski terkadang godaan tuk berhenti atau bahkan berpaling arah begitu menggiurkan”
 
Ingin rasanya kembali ke masa itu, kembali bersama saudara-saudara tercinta, kembali merasakan nikmatnya kebersamaan dalam "perjuangan", rindu kembali bersama sosok-sosok yang telah mengajarkan kepadaku tentang arti sebuah kesabaran, keikhlasan, kesungguhan, komitmen, konsistensi, kesemangatan dalam berjuang menyeru kepada kebaikan. Dan memang kebersamaan tersebut telah menjadikan satu kenangan terindah yang tidak akan pernah kulupakan. Dan aku hanya bisa berdo’a, semoga keistiqomahan dalam "perjuangan" itu selalu mengiringi langkah-langkah mereka saat ini dan seterusnya, selamanya. 
Mereka adalah para pejuang-pejuang tangguh yang rela meluangkan waktu dan tenaga sepenuhnya untuk berjuang, semoga saat inipun mereka tetap tangguh, dan lebih tangguh dalam berjuang. Dan kitapun nanti semoga, berjumpa kembali dan melepas kerinduan yang mendalam itu. Tentu saat ini walaupun fisik ini berjauhan, tetapi ikatan yang bernama ukhuwah ini akan tetap terpateri dalam hati yang terdalam, akan tetap terukir indah dalam pahatan peradaban. Dan sebentar lagi, hasil yang telah disemai dahulu, walaupun kecil, akan segera kita nikmati hasilnya, dengan kekuatan kebersamaan, walaupun jauh, tetapi aura kemenangan akan senantiasa terpancar seiring gerak langkah kaki kita.
Cerita tentang kebersamaan masih belum usai. Cerita tentang hangatnya ukhuwah masih akan terus berlanjut. Cerita tentang membersamai dalam "perjuangan", merenda dan memintal benang-benang peradaban bersama orang-orang yang hebat ini, masih akan terus berlanjut sampai kapanpun.........


 
Sebagian dari kebersamaan Yellow 17.........
 













Kamis, 02 Juni 2011

Fidel Castro

Fidel Alejandro Castro Ruz (lahir 13 Agustus 1926) adalah Presiden Kuba sejak 1976 hingga 2008. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Perdana Menteri atas penunjukannya pada Februari 1959 setelah tampil sebagai komandan revolusi yang gagal Presiden Dewan Negara merangkap jabatan sebagai Dewan Menteri Fulgencio Batista pada tahun 1976. Castro tampil sebagai sekretaris pertama Partai Komunis Kuba (Communist Party of Cuba) pada tahun 1965 dan mentransformasikan Kuba ke dalam republik sosialis satu-partai. Setelah tampil sebagai presiden, ia tampil sebagai komandan Militer Kuba. Pada 31 Juli 2006, Castro menyerahkan jabatan kepresidenannya kepada adiknya, Raúl untuk beberapa waktu.

Pada tahun 1947, ia ikut dalam upaya kudeta diktator Republik Dominika Rafael Trujillo dan lari ke New York (Amerika Serikat) karena adanya ancaman akan dihabisi lawan politiknya. Setelah meraih doktor di bidang hukum pada 1950, ia memprotes dan memimpin gerakan bawah tanah anti-pemerintah atas pengambil-alihan kekuasaan lewat kudeta oleh Fulgencio Batista pada 1952. Tahun 1953, ia memimpin serangan ke barak militer Moncada Santiago de Cuba, namun gagal. Sebanyak 69 orang dari 111 orang yang ambil bagian dalam serbuan itu tewas dan ia dipenjara selama 15 tahun.

Jumat, 27 Mei 2011

Mao Zedong

Lahir di sebuah keluarga petani miskin, sejak kecil Mao harus bekerja keras dan hidup prihatin. Meskipun di kemudian hari keadaan ekonomi keluarganya meningkat, tetapi kesengsaraan di masa kecil itu banyak mempengaruhi kehidupannya kelak. Ketika kecil, Mao dikirim untuk belajar di sekolah dasar. Pendidikannya sewaktu kecil juga mencakup ajaran-ajaran klasik Konfusianisme. Tetapi pada usia 13 tahun, ayahnya menyuruhnya berhenti bersekolah dan menyuruhnya bekerja di ladang-ladang.

Mao memberontak dan bertekad ingin menyelesaikan pendidikannya sehingga ia nekat kabur dari rumah dan melanjutkan pendidikannya di tempat lain.

Pada tahun 1905, ia mengikuti ujian negara yang pada saat itu mulai menghapus paham-paham konfusianisme lama; digantikan oleh pendidikan gaya Barat. Hal ini menandakan permulaan ketidakpastian intelektual di Cina.
CO.CC:Free Domain TTTTTTTT

Pengikut